Kritik Esai Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki

 

            Sulastri dan empat lelaki adalah salah satu cerpen karya M. Shoim Anwar. beliau lahir di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur.  M. Shoim Anwar adalah seorang sastrawan sekaligus dosen. M. Shoim Anwar telah banyak menulis cerpen, novel, esei, dan puisi di berbagai media, cerpen-cerpen yang dimuat dalam antologi berbahasa Indonesia, Inggris, dan Prancis. salah satunya adalah cerpen Sulastri dan empat lelaki. Karya sastra merupakan bentuk dan suatu cerminan realitas kehidupan di masyarakat yang digambarkan dengan imajinasi. Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki menceritakan tentang penderitaan Sulastri yang tertindas, ada pihak sebagai penjajah dan terjajah.  Faktor ekonomi yang menjadi penyebab dari cerita ini. Kisah Sulastri ini terkesan seperti menceritakan pada zaman dulu. Sulastri yang yakin akan pertolongan untuknya dari Firaun yang benar-benar kejam terhadapnya. Dalam cerita tersebut Sulastri diperbudak oleh Firaun sehingga dia meminta bantuan agar terbebas dari Firaun tersebut. Dalam cerpen tersebut seperti menggambarkan kehidupan sehari-hari seolah-olah bercerita tentang kehidupan masyarakat yang di dalam kehidupannya mengalami ketidakadilan. Dalam cerpen tersebut menceritakan tokoh Sulastri merupakan seorang TKW yang tertindas dan direndahkan, seorang wanita yang dianggap lemah dan tidak berdaya sehingga seseorang yang berkuasa memperlakukan Sulastri seenaknya sendiri dan Sulastri dituntut harus mau menuruti perintahnya serta tunduk kepadanya. Tokoh Sulastri yang bekerja sebagai TKW ini dianggap sebagai tokoh yang lemah dan ia diperlakukan tidak adil bahkan dia dibiarkan oleh suaminya yang pekerjaan suaminya adalah menyembah berhala, bahkan dia tidak mendapatkan nafkah dari suaminya. Sulastri dan anaknya tidak dinafkahi. Dalam cerita ini Sulastri yang meminta pertolongan kepada Musa,  namun tokoh Musa yang membantu Sulastri dari kejaran Firaun musnah. Musa memiliki watak yang baik dan penolong sedangkan Firaun seseorang yang mempunyai kekuasaan serta memiliki sikap yang egois dan tidak bisa dibantah. Semua harus patuh dan tunduk pada perintahnya, beliau merupakan raja yang kejam dan suka meindas rakyat kecil dan tidak mengenal kata ampun. 

Atas perlakuan suami Sulastri yang tidak menafkahinya membuat Sulastri memutuskan untuk menjadi TKW supaya kehidupannya dapat terpenuhi. Di dalam kehidupan saat ini ketika memilih pasangan atau suami harus pandai karena suami merupakan penopang atau salah satu orang terpenting di dalam kehidupan karena mereka yang akan berpengaruh terhadap kebiasaan kita. Sebagai seorang suami tentunya memiliki tanggung jawab yang besar terhadap istri dan anaknya, ia harus memberi nafkah untuk istri dan anak-anaknya. Jika mereka tidak mau seperti dalam cerpen ini suami Sulastri tidak mau bekerja, ia tidak mau menjalankan tanggung jawabnya sehingga dengan terpaksa Sulastri yang harus mencari nafkah. 

Dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” ini diawali dengan penggambaran sebuah pemandangan Laut Merah pada saat itu. dalam Islam Laut Merah mengingatkan pada kisah Nabi Musa AS yang diberikan mukjizat oleh Allah SWT dapat membelah Laut Merah untuk menghindari kejaran Firaun dan pada pasukannya sehingga Firaun dan pasukannya tenggelam di Laut Merah. Dalam cerpen tersebut juga tampak sosok Firaun dan Nabi Musa AS yang hadir saat Sulastri berada di tengah tanggul Laut Merah. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.

Sesosok tubuh tiba-tiba merekah. Tubuh yang sering diingat sebagai sang penerkam sekonyong-konyong muncul dari dalam laut. Sulastri menjerit menyebut namanya. 

“Firaun...!” (Cerpen Sulastri dan Empat Lelaki, Jawa Pos, 6 November 2011)

Dalam kutipan diatas menggambarkan bahwa Firaun  yang seolah menampakkan diri di depan Sulastri, kemudian Firaun mengejar Sulastri karena mengaggapnya sebagai budak yang menyembahnya. Sulastri yang ketakutan pun berlari menghindari kejaran Firaun. Jika mengingat tentang penguasa mesir dahulu yaitu Firaun yang menganggap dirinya sebagai Tuhan dan semua orang harus tunduk pada dirinya. Sehingga Allah menurunkan Nabi Musa AS untuk menyadarkan Firaun. Firaun yang memiliki kekuasaan dan juga memiliki harta dengan seenaknya memperbudak rakyat kecil, mereka dengan dipaksa untuk tunduk pada semua perintahnya. Di mata Allah kita memiliki derajat yang sama dan tidak untuk dibeda-bedakan. 

Sulastri yang terus berlari dari kejaran Firaun akhirnya melompat dari atas tanggul, di sana Sulastri ditampakkan dengan lelaki tua, rambut putih sebahu, tubuh tinggi besar, berjenggot panjang dan menggunakan kain putih menutup perut hingga lutut yang dikenal sebagai Nabi Musa AS. Dalam cerpen ini seperti berkaitan dengan kejadian-kejadian di Indonesia. Banyak orang yang melakukan berbagai cara untuk bisa mendapatkan kekayaan bahkan ada yang melakukan hal-hal yang dianggap musyrik yaitu melakukan ritual untuk mendapatkan benda-benda yang dianggap dapat memberikan kekayaan. Sebenarnya hal-hal seperti ini di Indonesia sendiri sudah mengakar sejak dulu. Tentunya kita harus bijak jika ingin berkaitan dengan hal-hal tersebut. Jika hal tersebut digunakan untuk kebaikan tentunya tidak akan menjadi persoalan. Tetapi jika hal tersebut digunakan untuk hal yang tidak baik maka tentunya tidak diperbolehkan. Tokoh Sulastri yang menjadi TKW juga menggambarkan masyarakat di Indonesia. Banyak sekali masyarakat Indonesia yang berbondong-bondong ingin menjadi TKW di luar negeri supaya mendapatkan gaji yang lebih besar dengan maksud agar mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka dan keluarganya. 

Dalam cerpen ini dilihat dari segi politik yaitu seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan bertindak dengan semaunya sendiri bahkan suka menindas rakyat kecil tanpa ampun. Dengan kekayaan yang dimiliki seseorang tersebut merasa berkuasa serta memengaruhi orang lain supaya tindakan yang diinginkan dapat berjalan sesuai dengan harapannya sebagai penguasa. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat bahwa orang yang memiliki kedudukan tinggi memperlakukan rakyat yang tidak memiliki kedudukan tinggi dengan tidak adil. Mereka merasa kedudukannya yang tinggi dinilai lebih tinggi derajatnya. 

Dilihat dari segi sosial pada cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” dapat dilihat bahwa dalam  kehidupan bahwa tokoh Sulastri merasa bingung dengan situasi yang dihadapinya, suami yang pekerjaanya menyembah patung-patung berhala sedangkan ia tidak dapat merubah perilaku suaminya tersebut dan juga permasalahan sosial dalam rumah tangga menjadi pemicu dalam permasalahan sosial yang biasanya disebabkan oleh permasalahan ekonomi yang mengalami kesulitan dalam mencukupi kebutuhan sehari-harinya ditambah lagi seorang suami yang tidak memberikan nafkah pada istri dan anak-anaknya sehingga dengan terpaksa peran istri yang harus menggantikan. Dalam cerpen ini tokoh Sulastri yang harus mencukupi kebutuhan hidupnya, anak-anaknya dan juga suaminya. Ia sampai harus bekerja ke luar negeri supaya kebutuhannya dapat tercukupi. 

Dari segi religi cerpen ini sama dengan kisah Firaun dan nabi Musa AS. Dalam cerpen ini sama-sama menggunakan nama-nama raja Firaun dan Musa AS. Tokoh Nabi Musa yang memiliki sifat suka menolong, beliau memiliki sikap yang bijaksana. Firaun yang memiliki sifat kejam suka menindas dan berbuat semaunya bahkan memaksa semua orang supaya patuh padanya. Suami Sulastri yang pekerjaanya menyembah berhala sama persis dengan umat pada masa Nabi Musa AS yang sebagian juga menyembah berhala salah satunya Firaun. 

Dalam cerpen ini lebih dominan kepada lelaki, bahwa seorang lelaki lebih dikedepankan ketika mereka memiliki hartam kekuasaan dan juga jabatan. Banyak yang tidak mememerdulikan sekitar dan bahkan banyak juga yang merendahkan perempuan dengan semua hal yang dimiliki tersebut meskipun tidak semuas lelaki yang memiliki hal tersebut seperti itu. dari keempat lelaki yang ada dalam cerita tersebut tentunya juga memilki karakter yang berbeda-beda.

Dalam cerpen “Sulastri dan Empat Lelaki” karya M. Shoim ini memiliki amanat jika sebagai seorang suami tentunya memiliki tanggung jawab dan harus menjalankan tanggung jawabnya tersebut sebaik-baiknya. Seorang suami harus mampu untuk menjadi kepala keluarga yang mampu mengayomi keluarganya dan juga menafkahi keluarganya. Dalam cerpen ini menggambarkan sikap yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang suami terhadap istrinya. Seorang suami yang menelantarkan istri dan juga anaknya karena tidak mau bekerja untuk menafkahi istri dan anaknya sehingga sang istri yang harus bekerja untuk mencari nafkah. Menggambarkan seorang tokoh Sulastri yang rela menjadi TKW supaya hidupnya dan juga anaknya dapat tercukupi. Dalam cerpen tersebut menceritakan bahwa seseorang yang memiliki harta yang lebih seharusnya malah membantu seseorang disekitarnya yang lebih membutuhkan bukan malah menjadi seorang pemimpin yang kejam.

 

Komentar